Sebuah Opini oleh : Addin; pemilik akun twitter @MIBAgent_
Sekilas Terorisme Terkini di Indonesia
Ada perbedaan besar antara aksi terorisme dulu dan sekarang. Dulu, aks-aksi terorisme dilakukan dengan perhitungan yang sangat matang dengan bom yang memiliki daya ledak yang sangat besar, contoh Bom Bali, Kedubes Aussie, Marriot dan lainnya. Sekarang, pola aksi terorisme berbeda. Beberapa kejadian seperti serangan bom panci yang gagal di Bandung, serangan di Thamrin, atau di Kampung Melayu serta penusukan Polisi secara individu menunjukkan bahwa para pelaku lebih bermodal nekat daripada otak.
Mengapa bisa berbeda? Hal ini bisa dijelaskan berdasarkan fakta bahwa para pelakunya memang berasal dr organisasi atau ideologi yg berbeda. Dulu, para teroris merupakan bagian dari jaringan JI (Jamaah Islamiyah). Sekarang, para teroris merupakan anggota JAD (Jamaah Anshar Daulah). JI memiliki jaringan yang sama dengan Alqaidah sedangkan JAD merupakan anak cabang ISIS. Kedua organisasi ini memiliki pebedaan yang sangat mendasar dalam tujuan maupun cara mewujudkan tujuan tersebut. Di Timur Tengah sana, Alqaidah dan ISIS saling bertempur satu sama lain.
Perbedaan Ideologi Kelompok Teroris di Indonesia
Alqaidah memiliki tujuan untuk menghancurkan dominasi Amerika yg menurut mereka sedang menjajah negeri2 muslim. Sehingga sasaran mereka lebih ditujukan kepada representasi dari Amerika dan sekutunya itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat dari kasus bom Bali, Kedubes Australia, dan Hotel JW Marriot.
Sementara ISIS memiliki tujuan untuk mendirikan daulah (negara) dan mereka percaya bahwa satu-satunya daulah yang sah di mata Allah adalah daulah mereka. Oleh karena itu, siapapun yang menolak sumpah setia kepada khalifahnya, dihukumi kafir dan sah untuk dibunuh. Karena menganggap sebagai satu-satunya negara yang sah, NKRI-pun dianggap sebagai penyimpangan dan harus dilenyapkan. Untuk itu, maka aparat keamanan harus dihabisi terlebih dahulu sebelum menggabungkan NKRI dalam wilayah ISIS. Hal tersebut juga berlaku untuk negara-negara mayoritas muslim yang lain.
Meskipun seringkali memakan korban sipil yg muslim, Alqaidah tidak pernah (secara teori) memiliki niat untuk menyasar umat muslim. Konon Amrozi CS (para pelaku bom bali 1) berpuasa selama 2 bulan berturut-turut setelah mereka mengetahui bahwa ada korban muslim pada aksi mereka.Tentu puasa 2 bulan tersebut tidak bisa membenarkan aksi mereka. Namun, dari sini kita bisa melihat perbedaan tajam antara Alqaidah dan ISIS dalam memandang sasarannya. ISIS tidak akan pernah bepuasa untuk korbannya. Karena bagi mereka “yang lain” adalah “yang sah” untuk dibunuh.
Sedangkan untuk perkara bom, para anggota JI memiliki pengetahuan yg lebih memadai tentang bagaimana cara merakit/membuat bom secara lebih canggih dan lebih berbahaya. Mereka mempelajari itu semua dari kamp-kamp yang pernah mereka datangi di Afghanistan.Namun hal itu justru memberikan pengalaman berharga yg membuat mereka menjadi kombatan yang tangguh dan tidak takut mati. Pengalaman berharga juga didapat dari pelatihan bom yg mereka jalani selama berada di sana. Orang Indonesia ini mendapatkan pelatihan perakitan bom dari instruktur yang kompeten yang mewarisi ilmu perakitan bom dari para prajurit Soviet yang ditawan dan CIA (kita tahu di masa itu bahwa Soviet adalah musuh besar Amerika).
Para Kombatan Perang Afganistan Yang Kembali ke Tanah Air
Tahun 80an, banyak orang Indonesia pergi ke Afghanistan untuk berjihad melawan Soviet. Sebagai salah satu negara adidaya waktu itu, berperang melawan Soviet bukan hal yang mudah. Sangat berdarah-darah dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Ketika mereka pulang ke tanah air, sebagian membentuk kelompok bernama JI dan melakukan aksi teror di Indonesia. Berbekal ilmu dan pengalaman dari Afghanistan, mereka mampu menyerang sasaran dengan bom canggih yang memakan banyak korban jiwa. Sesuatu hal yang belum dimiliki oleh JAD.
Saya pernah berbincang dengan para mantan anggota JI, baik yang masih ditahan maupun sudah bebas. Bahwa mereka sering mendapatkan pesan dari anggota JAD yg bernada bujukan maupun ancaman untuk membagikan ilmu perakitan bomnya kepada anggota JAD. Tentu saja mereka menolak. Dan semoga mereka tetap menolaknya karena bisa dibayangkan betapa dahsyat kerusakan yang ditimbulkan jika orang-orang JAD mewarisi ilmu dari JI ini. Kini JI sendiri sudah bubar dan banyak dari anggotanya yang bertobat dan berikrar sumpah setia kepada NKRI.
Ketika saya bertemu dengan salah satu pelaku utama bom Bali yang masih ditahan dan sudah bertobat, saya pernah bertanya kepada dia mengapa tidak mengajukan grasi kepada Presiden? Karena telah bnyak berjasa dalam membantu Polisi dalam membongkar jaringan teroris dan “men-tobatkan” anggota JI yang lain. Dia menjawabnya dengan “Saya malu dan merasa tidak pantas melakukan hal itu setelah apa yang saya lakukan kepada rakyat Bali dan Indonesia”
Jangan Kalah Melawan Teror
Teror mako brimob dan Surabaya telah menujukkan kepada kita level yang lebih sadis dan berbahaya yang bahkan berada di luar nalar para teroris lama. Ketika satu keluarga dilibatkan dalam aksi bom bunuh diri. Hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh anggota JI.
Ratusan orang simpatisan ISIS telah pulang ke Indonesia. Mereka datang dengan ideologi yang sangat berbahaya dan siap menjadikan indonesia sebagai pusat ISIS selanjutnya. Dibutuhkan tindakan yang cepat dan efektif yang tidak hanya melibatkan pihak keamanan, namun juga pemerintah dan masyarakat.
Jangan pernah ragu untuk melakukan tindakan tegas yang dirasa perlu. Karena mereka pun tidak ragu memenggal kepala tawanannya. Jangan takut dan tetap bersatu. Indonesia tidak boleh takut melawan aksi teror. Mari jadikan Indonesia menjadi kuburan terakhir teroris. Sekali dan selamanya.
30 Rajab 1439 H, detik-detik menuju Ramadhan Karim