Opini oleh : Dani Kamaludin
Tidak tanggung-tanggung, korban dari hoax pada zaman Nabi Muhammad adalah istri Nabi sendiri yakni Ummul Mukminin Aisyah. Hoax tersebut sangat keji dimana Aisyah dituduh berselingkuh dengan Shafwan bin al Mu’athathal. Secara detil, peristiwa ini dideskripsikan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya.
Berikut kisahnya.
Rasulullah SAW melakukan undian diantara kami (istri-istri nabi) di dalam satu peperangan yang beliau ikuti. Ternyata namakulah yang keluar kata Aisyah. Akupun berangkat bersama Rasulullah SAW. Aku dibawa dalam keadaan terhijab di dalam tandu, lalu berjalan bersama Rasulullah SAW.
Setelah singgah di perjalanan menuju pulang menuju Madinah, aku meraba leherku, ternyata kalungku terputus. Lalu aku kembali lagi mencari kalungku, sementara rombongan yang tadi membawaku telah siap berangkat.
Tanpa mengecek, rombongan membawa tandu yang aku tunggangi dalam keadaan kosong, karena mereka mengira aku di dalamnya. Pada masa itu, perempuan rata-rata tidak berat karena sedikit makan. Para pembawa tandu mengira Aisyah berada di dalam tandu tersebut.
Alkisah Aisyah ketinggalan rombongan, sambil berharap rombongan itu kembali, Aisyah kembali ke tempat semula rombongan berhenti. Setelah beberapa saat Aisyah menunggu, Aisyah ditemukan oleh Shafwan bin al Mu’athathal. Lalu Ia pun membawa Aisyah bergegas menyusul rombongan dan membawa Aisyah menuju Madinah.
Berita Bohong Sengaja Dihembuskan
Adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, orang pertama yang menyebarkan hoax bahwa Aisyah dan Salman telah berbuat serong/selingkuh, hanya karena dilihat bersama-sama masuk ke Madinah. Tanpa klarifikasi, Abdullah bin Ubay beserta “tim buzzer-nya” menyebarkan hoax bahwa nabi telah berselingkuh.
Fitnah Memberikan Akibat Yang Sangat Keji
Laksana gosip, makin digosok makin sip, berita perselingkuhan itu menjadi viral dan menjadi tranding topic di Madinah dan sampai kepada Rasulullah SAW. Mungkin terpengaruh dengan isu tersebut, hal ini terlihat dalam sikap Rasulullah SAW yang agak berbeda kepada Aisyah, padahal Aisyah dalam keadaan sakit.
Dapat dibayangkan bagaimana sabarnya Nabi menghadapi istrinya yang tengah sakit berbarengan dengan adanya isu tersebut dan Nabi ingin menanyakan isu tersebut. Kondisi tersebut semakin pelik manakala Aisyah sendiri tidak mengetahui adanya isu yang berkembang. Karena pada saat tiba di Madinah, Aisyah langsung sakit selama sebulan.
Tentunya sikap Nabi dengan tidak langsung bertanya kepada istrinya ini merupakan pelajaran bagi kita untuk bertanya kepada istri menanyakan sesuatu pada waktu yang tepat.
Setelah kesehatan Aisyah berangsur membaik, Ummu Misthah menceritakan kabar yang beredar kepada Aisyah. Betapa marah dan kagetnya Aisyah mendengar fitnah tersebut, “beraninya engkau mencaci tentara perang Badar (Shafwan) ucap Aisyah kepada Ummu Misthah.
Aisyah sangat terpukul dengan kabar tersebut, Ia kembali sakit malah lebih parah lagi. Ia meminta ijin untuk pulang ke rumah ayahandanya yaitu Abu Bakar. Dapat kita bayangkan bagaimana akibat buruk dari fitnah atau hoax yang sengaja disebarkan ini.
Allah SWT berkehendak untuk menangkal fitnah yang sengaja disebarkan untuk menghancurkan rumah tangga Rasulullah SAW. Lewat firman Allah SWT dalam surat An Nur 11-26 maka terbebaslah Aisyah RA dari tuduhan keji lewat fitnah yang sengaja disebarkan.
Rasulullah SAW, keluarganya dan para sahabat serta kaum muslimin secara umum merasa bahagia. Terbebaslah keluarga Rasulullah SAW dari petaka yang dapat terjadi akibat dari berita bohong dan fitnah atau hoax tersebut.