Pada hari Senin tgl 25 November 2019 sekira jam 23.15 wib bertempat di Perum Cisalak gg. Anggrek III Rt 01/14 Kel. Nagarasari Kec. Cipedes Kota Tasikmalaya, telah diketahui korban an. Sdr. Endang Somantri, 79 tahun, alamat sda tkp sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Adapun identitas saksi-saksi yaitu :
1. Dodi Nurdin, 60 thn, wiraswasta, alamat sda tkp
2. Uyo, 66 thn, dagang/ketua Rt 01, alamat sda tkp
Kronologis kejadian menurut keterangan saksi-saksi sbb :
1. Awalnya rumah korban dalam keadaan pintu samping kanan terbuka, sehingga dilakukan pengecekan sekitar rumah oleh saksi. Kemudian saksi memanggil-manggil korban, namun tidak ada jawaban. Setelah dilakukan pengecekan ke dalam rumah melihat Korban sudah dalam keadaan bersujud di ruang tamu rumah dengan menggunakan pakaian kaos dalam dan celana pendek warna hitam serta disekitar muka terdapat cairan warna hitam serta merah dan korban sudah meninggal dunia.
2. Korban diketahui sedang tinggal sendirian di rumahnya karena isterinya pada hari Jumat menuju ke Cilegon untuk menengok anaknya.
3. Terakhir kali korban terlihat yaitu saat melaksanakan sholat Isya berjamaah di Mesjid atau sampai sekira jam 19.30 wib.
4. Atas kejadian tersebut saksi langsung menghubungi pihak Kepolisian.
Kemudian pihak Kepolisian tiba di lokasi kejadian dan hasil pemeriksaan unit identifikasi yaitu korban mengalami luka benturan di bagian kepala depan, posisi tangan memegang casan hp dan mengepal, posisi seperti sedang bersujud, perkiraan korban meninggal sekira jam 21.00 / 22.00 wib, tidak terdapat luka bekas penganiayaan / tindak pidana, barang berharga milik korban seperti sepeda motor dan handphone masih ada.
Sekira jam 01.00 Wib pihak keluarga korban an. Sdri. Eli dari Banjar dan keluarga dari Manonjaya tiba di lokasi kejadian. Pihak keluarga langsung mengecek kondisi korban dan meminta untuk tidak dilakukan autopsi. Selain itu pihak keluarga menyampaikan bahwa korban mempunyai hobi memancing, memiliki riwayat penyakit gula dan darah tinggi. Atas kejadian tersebut keluarga korban menerimanya sebagai musibah dan membuat surat pernyataan untuk tidak dilakukan autopsi.
